Makalah Mengolah makanan yang baik dan benar dengan metode yang sesuai
ABSTRAK
“MENGOLAH MAKANAN YANG
BAIK DAN BENAR
DENGAN METODE YANG
SESUAI”
Oleh:
Gur Paramuthia Nandita
XTB5
Gur Paramuthia Nandita
XTB5
Memasak
sudah menjadi salah satu rutinitas kita sehari-hari, manusia memakan sesuatu yang memang
bisa dimakan dari hasil masakan tersebut yang diolah dengan berbagai inovasi
seperti, pengolahan bumbu, bahan makanan dan metode maupun teknik megolahnya.
Makalah
ini disusun agar menjadi refrensi bagi para penjamah makanan untuk mengolah
makanan yang baik dan benar dengan metode yang sesuai. Metode yang saya gunakan
dalam menyusun makalah ini dengan mempelajari dari berbagai sumber, seperti di
beberapa buku, internet, maupun makalah-makalah lainnya.
Makalah
ini berisi metode - metode yang digunakan untuk mengolah makanan. Dari beberapa
buku dan internet yang saya baca bahwa terdapat berbagai metode yang dapat kita
gunakan ialah Teknik pengolahan makanan panas basah ,dan teknik pengolahan
makanan panas kering. Ada berbagai macam cara agar kita bisa menjalankan metode
tersebut dengan sesuai. Seperti menambahkan sedikit cairan dengan api kecil,
menggoreng dengan menggunakan minyak yang banyak, memasak dengan cairan yang
sudah mendidih maupun dari cairan yang belum mendidih, dan lainnya. Disini juga dijelaskan tahapan-tahapan dalam
melaksanakan metode tersebut, yang bertujuan agar kalian yang membaca dapat
langsung mempraktikan teknik-teknik dan metode tersebut.
Hasil penelitian diperoleh ialah, ada banyak teknik yang
dapat kita gunakan untuk memasak, termasuk ha-hal yang biasa kita lakukan sehari
hari yang tanpa kita sadari sudah termasuk dalam metode mengolah makanan. Dari
makalah ini diharapkan bisa menambah ilmu pengetahuan kalian dalam hal megolah
makanan.
Kata kunci : Cairan, Bahan
makanan, Perlengkapan memasak, Teknik.
DAFTAR ISI
Abstrak ....................................................................................................................... 1
Daftar Isi.....................................................................................................................
2
Kata Pengantar.............................................................................................................
3
BAB
I. PENDAHULUAN.............................................................................................
4
1.1
Latar Belakang.............................................................................................
4
1.2
Rumusan masalah ........................................................................................ 4
1.3
Tujuan ........................................................................................................ 4
BAB II. TEKNIK DASAR
PENGOLAHAN MAKANAN .............................................. 5
2.1
Pengertian pengolahan makanan..................................................................
5
2.2
Penerapan teknik dasar ............................................................................... 5
2.3
Teknik pengolahan makanan panas basah.....................................................
5
2.4
Teknik pengolahan makanan panas kering....................................................
7
2.5
Jenis Perlakuan dalam proses pengolahan..................................................... 10
2.6 Mekanisme
pengolahan bahan makanan.......................................................
15
BAB III.PENUTUP......................................................................................................
16
3.1Kesimpulan................................................................................................. 16
Daftar pustaka...............................................................................................................
17
Lampiran......................................................................................................................
18
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong saya
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
saya tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi muhammad SAW.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyanknya kepada
guru Boga Dasar yaitu Ibu Yentiriana S.Pd da Ibu Elis S.Pd yang telah memotivasi
saya untuk membuat makalah ini dengan sungguh-sungguh.
Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang “MENGOLAH MAKANAN YANG BAIK DAN BENAR
DENGAN METODE YANG SESUAI”, yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini saya susun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari dalam diri saya maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang
“Teknik Pengelolaan Makanan” yang sangat berguna bagi seorang Juru Masak.
Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang
cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan
dan kekurangan. Saya mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Wassalamualaium Warahmatullahi Wabarakatuh
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan salah
satu kebutuhan primer dari kehidupan manusia. Tanpa adanya makanan, manusia
tidak mungkin bertahan hidup. Pada zaman primitif, manusia memakan sesuatu yang
memang bisa dimakan dan hanya diolah dengan sangat sederhana, namun karena
kemajuan zaman, manusia mendapat hasrat untuk mendapat cita rasa yang lebih
dari makanan yang disantapnya. Karena itulah, dalam pengolahan makanan, manusia
melakukan banyak inovasi, seperti menemukan bumbu, bahan makanan yang baru,
maupun cara pengolahannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian dari teknik megolah makanan
2. Macam-macam teknik mengolah makanan
3. Tahap-tahap yang dilakukan dalam teknik mengolah makanan
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui
pengertian pengolahan makanan.
2. Mengetahui teknik
dasar pengolahan makanan.
BAB II
Teknik Dasar
Pengolahan Makanan
2.1 Pengertian Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan
yaitu membuat bahan makanan yang mentah menjadi matang melalui proses
pemanasan. Secara definisi pengolahan makanan dapat diartikan sebagai sebuah
proses panas pada makanan sehingga menjadi lebih enak, mudah dikunyah dan
mengubah bentuk dan penampilan dari bahan makanan itu, serta mematikan bakteri
yang merugikan kesehatan.
Pengolahan
makanan merupakan salah satu proses penerapan panas dari bahan mentah menjadi
matang dengan cara yang sesuai untuk setiap bahan dasar dengan tujuan tertentu.
Oleh karena itu, proses memasak hanya berlangsung selama panas mengenai bahan
makanan. Untuk mengolah sebuah mengolah makanan sesuai dengan tujuannya,
dikenal beberapa teknik mengolah makanan.
2.2 Penerapan Teknik Dasar
Teknik dasar pengolahan
makanan adalah mengolah bahan makanan dengan berbagai macam teknik atau cara.
Adapun teknik dasar pengolahan makanan dibedakan menjadi 2 yaitu, teknik
pengolahan makanan panas basah ( moist heat ) dan teknik pengolahan panas
kering ( dry heat cooking ).
2.3 Teknik Pengolahan Makanan Panas
Basah ( Moist Heat Cooking )
Teknik pengolahan
makanan panas basah adalah mengolahan makanan dengan bantuan cairan.
Cairan tersebut dapat berupa kaldu (stock), air, susu, santan dan bahan
lainnya. Teknik pengolahan makanan panas basah ini memiliki berbagai cara di
antaranya :
A. Teknik Boilling
Boiling adalah
mengolah bahan makanan dalam cairan yang sudah mendidih pada temperatur 212˚F
(100˚C). Peralatan yang di gunakan adalah boiling pan. Untuk melakukan teknik
boiling ada syarat tertentu yang harus dipenuhi , yaitu sebagai berikut :
1) Cairan harus mendidih.
2) Alat perebus
disesuaikan dengan cairan dan jumlah bahan makanan yang diolah.
3) Alat perebus harus
ditutup agar menghemat energi.
4) Buih yang ada diatas
permukaan harus dibuang untuk mencegah bersatunya kembali dalam cairan supaya
tidak memengaruhi mutu makanan.
Teknik boiling dapat dilakukan pada
beberapa bahan makanan seperti, daging segar, daging awet, telur, pasta,
sayuran, dan tulang. Perlu diingat sifat-sifat zat makanan yang terdapat di
dalam bahan makanan agar vitamin tidak banyak terbuang.
B. Teknik Poaching
Selain teknik boiling,
dikenal juga teknik poaching dalam pengolahan makanan. Poaching adalah merebus
bahan makanan dibawah titik didih dalam menggunakan cairan yang terbatas
jumlahnya. Temperatur yang digunakan sekitar 160-180˚F atau 71-82˚C. Untuk
melakukan poaching, perlu memperhatikan syarat berikut ini :
1) Suhu poaching dibawah
titik didih berkisar 85˚C – 95˚C.
2) Cairan yang digunakan
sesuai dengan banyaknya bahan makanan.
3) Makanan harus tertutup
dari cairan.
4) Peralatan untuk
poaching harus bersih dan tidak luntur.
Teknik dasar
pengolahan poaching , dapat dilakukan untuk mengolah berbagai jenis makanan
seperti daging, unggas, otak atau pankreas binatang, ikan, buah-buahan, dan
sayur.
C. Teknik Braising
Teknik braising adalah
teknik merebus bahan makanan dengan cairan sedikit, kira-kira setengah dari
bahan yang akan direbus dalam panci penutup dan api kecil secara
perlahan- lahan. Untuk melakukan teknik braising, perlu memperhatikan
beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
1) Teknik merebus dalam
cairan yang sedikit.
2) Bahan yang diolah
harus dipotong rapi dan sama besarnya.
3) Dalam pengolahan
daging daging, caranya memasukan daging dalam braising pan, lalu siram
dengan kaldu secukupnya, jangan sampai terendam seluruhnya.
4) Jika menggunakan sauce
pan, caranya cairkan mentega dalam sauce pan, lalu masukkan daging dan balik
hingga warnanya kecoklatan. Untuk sayuran aduk sambil dibolak – balik.
5) Jika proses pengolahan
dalam oven, braising pan ditutup rapat dan masukan dalam oven.
Apabila diolah diatas kompor (perapian),
posisi braising pan tertutup. Syarat - syarat menggunakan teknik braising
,yaitu sebagai berikut :
· Teknik ini cocok
menggunakan daging bagian paha.
· Daging disaute dengan
mentega hingga warnanya kecoklatan.
· Cairan pada proses
braising dipakai untuk saus pada saat menghidangkan.
· Selama proses braising
berlangsung, boleh ditambah cairan bila telah berkurang.
D. Stewing
Stewing (menggulai)
adalah mengolah bahan makanan yang terlebih dahulu ditumis bumbunya, dan
direbus dengan cairan yang berbumbu dengan api sedang. Pada proses
stewing ini, cairan yang dipakai yaitu susu, santan, dan kaldu. Cairan dapat
dikentalkan sebelum atau selama proses stewing berlangsung. Dalam pemberian
garam, sebaiknya dimasukkan pada akhir stewing, karena dalam daging dan sayur
sudah terkandung garam. Untuk mengolah makanan dengan teknik ini, perlu
memperhatikan beberapa hal, diantaranya sebagai
berikut :
1) Daging harus diblansir
terlebih dahulu dalam air mendidih, agar kotorannya hilang.
2) Potongan bahan
disesuaikan dengan jenis yang akan diolah.
3) Saus untuk stewing
dikentalkan dengan memakai tepung maizena.
4) Pengolahan daging
dengan teknik ini harus sering diaduk, sedangkan pada ikan mengaduknya
hati-hati karena ikan mudah hancur.
E . Steaming
Steaming adalah
memasak bahan makanan dengan uap air mendidih. Bahan makanan diletakkan pada
steamer atau pengukus, kemudian uap air panas akan mengalir ke sekeliling bahan
makanan yang sedang dikukus. Untuk melakukan teknik ini perlu memperhatikan
beberapa syarat berikut :
1) Alat pengukus harus
dipanaskan terlebih dahulu diatas air hingga mendidih dan mengeluarkan uap.
2) Kapsitas alat pengukus
harus disesuaikan dengan jumlah bahan yang dikukus.
3) Makanan harus
dibungkus apabila tidak membutuhkan sentuhan uap air langsung.
4) Air untuk mengukus
harus mencukupi. Jika air kukusan habis, makanan yang dikukus akan beraroma
hangus.
5) Untuk hasil yang baik,
waktu pengukusan harus tepat.
F. Simmering
Simmering (merebus
dengan api kecil) Teknik simmering ini adalah teknik memasak bahan makanan
dengan sauce atau bahan cair lainnya yang dididihkan dahulu baru api
dikecilkan di bawah titik didih dan direbus lama, dimana dipermukaannya muncul
gelembung – gelembung kecil. Temperatur panas sekitar 185 - 205˚F atau 85
- 96˚C.
G. Blanching
Blanhcing adalah
memasak makanan dengan cepat. Blanching biasanya dilakukan dengan air panas
tetapi bisa juga dengan menggunakan minyak panas. Makanan yang telah
di-blanching harus disiram dengan air dingin, untuk menghentikan proses
pemasakan lebih lanjut. Tujuan blanching adalah membuang kulit atau
bagian luar yang tidak perlukan, memudahkan membuang kotoran yang melekat pada
bahan, membuat tekstur bahan makanan menjadi lebih kental, membunuh atau
menghentikan reaksi enzim makanan.
2.4 Teknik Pengolahan Panas Kering
(Dry Heat Cooking)
Teknik pengolahan
panas kering ( dry heat cooking ) adalah mengohah makanan
tanpa bantuan cairan. Misalnya deep frying, shallow frying, roasting,
baking, dan grilling.
A. Deep Frying
Deep Frying adalah metode menggoreng dengan minyak berjumlah banyak
sehingga semua bagian makanan yang digoreng terendam di dalam minyak panas.
Deep frying diklasifikasikan ke dalam metode memasak kering sebab tidak ada air
yang digunakan dalam proses memasak tersebut. tehnik ini biasa di lakuin kalau
kalian mau mendapatkan makanan dengan matang yang optimal dan sebaiknya
dilakukan seketika makanan akan dihidangkan.
Terdapat 4 (empat) style deep fat frying yang popular,
yaitu cara Perancis, Inggris, Orly, dan menggoreng polos.
1) Cara Perancis (A’la Fraincaise,
French Style)
Teknik ini meliputi sebagai berikut :
a. Pertama-tama bahan makanan dimarinade lalu
dilapisi dengan tepung terigu atau maizena.
b. Kemudian, goreng di dalam minyak yang
banyak dan panas.
Contoh masakannya seperti : fried chicken dan udang tepung
goreng.
2) Cara Inggris (A’la Englaise, English
Style)
Teknik ini meliputi sebagai berikut :
a. Bahan makanan dimarinade dalam
bumbu lalu tiriskan. Jika untuk membuat kulit lumpia, kulit lumpia diisi ragout.
b. Mencelupkan dalam putih telur, kemudian
dalam tepung panir (bread crum).
c. Kemudian, goreng didalam minyak yang
banyak dan panas.
Contoh masakannya seperti : lumpia, risoles, fish of menire.
3) Cara Orly (Orly Style)
Teknik ini meliputi sebagai berikut :
a. Makanan yang akan digoreng, dicelupkan
kedalam adonan frying better(cairang berbentuk liquid).
b. Kemudian, langsung digoreng dalam minyak
panas.
Contoh masakannya seperti : tempura, pisang goreng, fruit fritter.
4) Cara menggoreng polos
Teknik ini meliputi sebagai berikut :
a. Bahan makanan dibersihka, lalu dimarinade bisa
dengan bumbu ataupun tidak.
b. Kemudian, langsung digoreng didalam
minyak yang banyak dan panas.
Contoh masakannya seperti : ayam goreng, ikan goreng, udang goreng,
kerupuk, dan keripik.
B. Shallow Frying
Shallow Frying teknik memasak
bahan makanan dalam jumlah kecil dengan menggunakan sedikit lemak dalam wajan
datar dengan temperatur antara 150-170 derajat Celcius. Bahan makanan yang
dimasak dengan shallow frying harus dalam ukuran kecil, lunak dan memiliki
kualitas yang baik. Untuk melakukan teknik ini, perlu memperhatikan beberapa
syarat, yaitu sebagai berikut :
1) Dalam menggoreng,
menggunakan minyak goreng berbentuk cair : minyak kelapa, minyak salad, minyak
jagung, atau minyak zaitun.
2) Selama proses
menggoreng, menggunakan minyak yang sedikit.
3) Saat menggoreng,
pastikan minyak telah panas sesuai dengan suhu.
4) Proses menggoreng
dilakukan dengan cepat.
Terdapat 2 (dua) cara dalam
pengolahan shallow frying, yaitu pan frying dan saute.
Pan frying merupakan cara menggoreng dengan minyak sedikit dan
mempergunakan frying pan. Makanan yang dimasak dengan cara ini, antara lain
telur mata sapi, daging, omelete, scrambled eggs. Saute adalah
mengolah bahan makanan dengan minyak sedikit sambil diaduk dan dilakukan secara
cepat. Teknik ini sering dilakukan pada masakan Cina, dan dipakai sebagai
teknik penyelesaian pada sayuran kontinental. Pada pengolahan sayuran Indonesia
disebut dengan oseng-oseng (tumisan).
C. Roasting
Roasting Adalah teknik memasak
dalam oven atau pemanggang dengan menggunakan lemak atau minyak. Bahan makanan
yang biasa di roasting adalah daging, unggas dan beberapa jenis sayuran.
Prinsip dari roasting ini adalah membuat makanan menjadi kering dan matang.
Namun Karena panasnya oven, banyak lemak yang ada pada bahan makanan menjadi
hilang sehingga diperlukan tambahan lemak dalam proses pemasakannya. Bahan
makanan di panggang dalam oven bersuhu 227 – 235 derajat celcius untuk
menghasilakan makanan yang matang dipermukaannya dan keluar aroma serta
warnanya.
D. Baking
Baking adalah
cara memasak bahan makanan dengan menggunakan oven tanpa menggunakan minyak
atau air. Efek dari pemasakan dengan teknik ini adalah sama dengan teknik
kering lainnya tetapi tidak ada penambahan minyak dalam makanan sehingga
permukaannya menjadi crispy dan warna yang lebih terkendali. Teknik ini
biasanya digunakan untuk produk pastry dan roti.
Untuk melakukan teknik ini perlu memperhatikan
beberapa syarat, yaitu sebagai berikut :
1. Sebelum
bahan makanan dimasukan, oven dipanaskan sesuai suhu yang dibutuhkan.
2. Makanan
didalam oven harus diletakkan dengan posisi yang tepat.
3. Selama
proses baking, suhu harus terus diperiksa.
4. Kualitas
makanan akan bergantung pada penanganan selama proses baking.
5. Sebelum
diangkat dari oven, periksa kembali makanan.
E. Grilling
Grilling adalah proses memasak
bahan makanan dengan menggunakan panas api yang tinggi dan langsung. Sumber
panas biasanya berada di bawah bahan makanan yang sedang dimasak/panggang, bila
sumber panas berasal di atas bahan makanan yang sedang dimasak proses tersebut
disebut “gratinating”. Istilah grilling banyak dikenal di Eropa,
sedangkan di Amerika istilah ini lebih dikenal dengan istilah “broilling”.
Alat yang digunakan
memasak disebut grill dan dilengkapi dengan jeruji kawat. Jeruji ini berfungsi
sebagai penahan bahan makanan yang sedang dimasak/dipanggang, selain itu fungsi
lainnya juga untuk membuat bagian yang matang dan gosong berbentuk jeruji pula.
Kegosongan inilah yang menjadi ciri khas dan yang menunjukkan bahwa makanan
tersebut adalah di grilled. Bila jeruji kawat diganti dengan lempengan besi
yang rata maka alat tersebut disebut grindle.
2.5 Jenis Perlakuan dalam proses pengolahan
1. Suhu Tinggi
1. Suhu tinggi diterapkan baik dalam
pengawetan maupun dalam pengolahan pangan.
2. Memasak, menggoreng, memanggang, dan
lain-lain adalah cara-cara pengolahan yang menggunakan panas.
3. Proses-proses tersebut membuat makanan
menjadi lebih lunak, dan lebih awet.
4. Pemberian suhu tinggi pada pengolahan
dan pengawetan pangan didasarkan kepada kenyataan bahwa pemberian panas yang
cukup dapat membunuh sebagian besar mikroba dan menginaktifkan enzim.
5. Pemanasan mengakibatkan efek mematikan
terhadap mikroba. Efek yang ditimbulkannya tergantung dari intensitas panas dan
lamanya pemanasan.
6. Makin tinggi suhu yang digunakan, makin
singkat waktu pemanasan yang digunakan untuk mematikan mikroba.
2. Blansing
Blansing merupakan suatu cara pemanasan
pendahuluan atau perlakuan pemanasan tipe pasteurisasi yang dilakukan pada suhu
kurang dari 1000C selama beberapa menit, dengan
menggunakan air panas atau uap. Biasanya suhu yang digunakan sekitar 82 – 93 oC
selama 3 – 5 menit. Contoh blansing misalnya mencelupkan sayuran atau buah
dalam air mendidih selama 3 – 5 menit atau mengukusnya selama 3 – 5 menit.
Tujuan utama blansing ialah
menginaktifan enzim diantaranya enzim peroksidasedan katalase,
walaupun sebagian dari mikroba yang ada dalam bahan juga turut mati. Kedua
jenis enzim ini paling tahan terhadap panas.
Blansing biasanya dilakukan terhadap
sayur-sayuran dan buah-buahan yang akan dikalengkan atau dikeringkan.
Di dalam pengalengan sayur-sayuran dan
buah-buahan, selain untuk menginaktifkan enzim, tujuan blansing yaitu :
a. Membersihkan bahan dari kotoran dan
mengurangi jumlah mikroba dalam bahan
b. Mengeluarkan atau menghilangkan gas-gas
dari dalam jaringan tanaman, sehingga mrngurangi terjadinya pengkaratan kaleng
dan memperoleh keadaan vakum yang baik dalam “headspace” kaleng.
c. Melayukan atau melunakkan jaringan
tanaman, agar memudahkan pengisian bahan ke dalam wadah
d. Menghilangkan bau dan flavor yang tidak
dikehendaki
e. Menghilangkan lendir pada beberapa jenis
sayur-sayuran
f. Memperbaiki warna produk antara
lainmemantapkan warna hijau sayur-sayuran.
Cara melakukan blansing ialah dengan
merendam dalam air panas (merebus) atau dengan uap air (mengukus atau dinamakan
juga “steam blanching”). Merebus yaitu memasukkan bahan ke dalam
panci yang berisi air mendidih. Sayur-sayuran atau buah-buahan yang akan
diblansing dimasukkan ke dalam keranjang kawat, kemudian dimasukkan ke dalam
panci dengan suhu blansing biasanya mencapai 82 – 83oC selama 3 – 5
menit. Setelah blansing cukup walktunya, kemudian keranjang kawat diangkat dari
panci dan cepat-cepat didinginkan dengan air. Pengukusan tidak dianjurkan
untuk sayur-sayuran hijau, karena warna bahan akan menjadi kusam. Caranya ialah
dengan mengisikan bahan ke dalam keranjang kawat, kemudian dimasukkan ke dalam
dandang yang berisi air mendidih.
3. Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan suatu proses
pemanasan bahan pangan sampai suatu suhu tertentu untuk membunuh mikroba
patogen atau penyebab penyakit seperti bakteri penyebab penyakit TBC, disentri,
diare, dan penyakit perut lainnya. Dengan pasteurisasi masih terdapat mikroba,
sehingga bahan pangan yang telah dipasteurisasi mempunyai daya tahan simpan
yang singkat.
Tujuan pasteurisasi yaitu :
a.
Membunuh semua bakteri patogen yang umum dijumpai pada bahan pangan
bakteribakteri patogen yang berbahaya ditinjau dari kesehatan masyarakat
b.
Memperpanjang daya tahan simpan dengan jalan mematikan bakteri dan
menginaktifkan enzim.
Mikroba terutama mikroba non patogen dan
pembusuk masih ada pada bahan yang dipasteurisasi dan bisa berkembang biak.
Oleh karena itu daya tahan simpannya tidak lama. Contohnya : susu yang sudah
dipasteurisasi bila disimpan pada suhu kamar hanya akan tahan 1 – 2 hari,
sedangkan bila disimpan dalam lemari es tahan kira-kira seminggu. Karena itu
untuk tujuan pengawetan, pasteurisasi harus dikombinasikan dengan cara
pengawetan lainnya, misalnya dengan pendinginan. Pasteurisasi biasanya
dilakukan pada susu, juga pada saribuah dan suhu yang digunakan di bawah 100
˚C. Contohnya:1). Pasterurisasi susu dilakukan pada suhu 61 – 63 0C
selama 30 menit; 2). Pasteurisasi saribuah dilakukan pada suhu 63 – 74 0C
selama 15 – 30 menit.
Pasteurisasi pada sari buah dan
sirup dapat dilakukan dengan cara “hot water bath”. Pada cara “hot water bath”,
wadah yang telah diisi dengan bahan dan ditutup (sebagian atau rapat)
dimasukkan ke dalam panci terbuka yang diisi dengan air. Beberapa cm (2,5 – 5,0
cm) di bawah permukaan wadah. Kemudian air dalam panci dipanaskan sampai suhu
di bawah 100 0C ( 71 – 85 0C ), sehingga aroma
dan flavor tidak banyak berubah.
4. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses termal
untuk mematikan semua mikroba beserta sporasporanya. Spora-spora bersifat tahan
panas, maka umumnya diperlukan pemanasan selama 15 menit pada suhu 121 ˚C atau
ekivalennya , artinya semua partikel bahan pangan tersebut harus mengalami
perlakuan panas. Mengingat bahwa perambatan panas melalui kemasan
(misalnya kaleng, gelas) dan bahan pangan memerlukan waktu, maka dalam
prakteknya pemanasan dalam autoklaf akan membutuhkan waktu lebih lama dari 15
menit. Selama pemanasan dapat terjadi perubahanperubahan kualitas yang tidak
diinginkan. Untungnya makanan tidak perlu dipanaskan hingga steril sempurna
agar aman dan memiliki daya tahan simpan yang cukup lama. Semua makanan kaleng
umumnya diberi perlakuan panas hingga tercapai keadaan steril komersial . Biasanya
daya tahan simpan makanan yang steril komersial adalah kira-kira 2 tahun.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi biasanya bukan akibat pertumbuhan mikroba,
tetapi karerna terjadi kerusakan pada sifat-sifat organoleptiknya akibat
reaksi-reaksi kimia.
Pemanasan dengan sterilisasi komersial
umumnya dilakukan pada bahan pangan yang sifatnya tidak asam atau bahan pangan
berasam rendah. Yang tergolong bahan pangan ini adalah bahan pangan hewani
seperti daging, susu, telur, dan ikan serta beberapa jenis sayuran seperti
buncis dan jagung. Bahan pangan berasam rendah mempunyai risiko untuk
mengandung bakteri Clostridium botulinum, yang dapat menghasilkan
racun yang mematikan jika tumbuh dalam makanan kaleng. Oleh karena itu spora
bakteri tersebut harus dimusnahkan dengan pemanasan yang cukup tinggi.Sterilisasi
komersial adalah pemanasan pada suhu 121,1 ˚C selama 15 menit dengan
menggunakan uap air bertekanan, dilakukan dalam autoklaf. Tujuan
sterilisasi komersial terutama untuk memusnahkan spora bakteri patogen termasuk
spora bakteri C. Botulinum.
5. Pendinginan
Pendiginan adalah penyimpanan bahan
pangan di atas suhu pembekuan bahan yaitu -2 -10 0C. Cara
pengawetan dengan suhu rendah lainya yaitu pembekuan. Pembekuan adalah
penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku yaitu pada suhu 12 - 24 0C.
Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan pada suhu -24 - 40 0C
(Winarno, 1993).
Pendinginan biasanya dapat mengawetkan
bahan pangan selama beberapa hari atau minggu tergantung pada macam bahan
panganya, sedangkan pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa
bulan atau kadang beberapa tahun.
Perbedaan lain antara pendinginan dan
pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya terhadap keaktifan mikroorganisme di
dalam bahan pangan. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat
membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya di keluarkan dari
penyimpanan dan di biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri
pembusuk kemudian berjalan cepat kembali.Pendinginan dan pembekuan
masing-masing juga berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, nilai gizi, dan
sifat-sifat lainya.Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu penyimpangan
yang terlalu rendah.
6. Fermentasi
Proses fermentasi dalam pengolahan
pangan adalah proses pengolahan panan dengan menggunakan aktivitas
mikroorganisme secara terkontrol untuk meningkatkan keawetan pangan dengan
dioproduksinya asam dan/atau alkohol, untuk menghasilkan produk dengan
karekateristik flavor dan aroma yang khas, atau untuk menghasilkan pangan
dengan mutu dan nilai yang lebih baik (Winarno, 1993). Contoh-contoh
produk pangan fermentasi ini bermacam-macam; mulai dari produk tradisional
(misalnya tempe, tauco, tape) sampai kepada produk yang modern (misalnya salami
dan yoghurt).
Proses fermentasi dalam pengolahan
pangan mempunyai beberapa keuntungan-keuntungan, antara lain:
1. Proses fermentasi dapat dilakukan pada
kondisi pH dan suhu normal, sehingga tetap mempertahankan (atau sering bahkan
meningkatkan) nilai gizi dan organoleptik produk pangan.
2. Karakteristik flavor dan aroma produk
yang dihasilkan bersifat khas, tidak dapat diproduksi dengan teknik/metoda
pengolahan lainnya.
3. Memerlukan konsumsi energi yang relatif
rendah karena dilakukan pada kisaran suhu normal,
4. Modal dan biaya operasi untuk proses
fermentasi umumnya rendah, dan teknologi fermentasi umumnya telah dikuasi
secara turun temurun dengan baik.
7. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk
mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan
sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan energy panas (Winarno,
1993). Biasanya, kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai 53 batas
sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamya.Keuntungan
pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih
kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan,
berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan transpor, dengan
demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih murah.Kecuali itu, banyak
bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apabila telah di keringkan, misalnya
tembakau, kopi, the, dan biji-bijian.
Di samping keuntungan-keuntunganya,
pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang
di keringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, misalnya bentuknya, sifat-sifat
fisik dan kimianya, penurunan mutu dan sebagainya.Kerugian yang lainya juga
disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum di pakai,
misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan.Agar
pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada bahan yang di
keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air yang
terbentuk keluar dari daerah pengeringan.Penyedotan uap air ini daoat juga di
lakukan secara vakum.
Pengeringan dapat berlangsung dengan
baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air
yang di ambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut.Factor-faktor yang
mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu
pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan.
8. Penggunaan Bahan Kimia
Bahan pengawet dari bahan kimia
berfungsi membantu mempertahankan bahan makanan dari serangan makroba pembusuk
dan memberikan tambahan rasa sedap, manis, dan pewarna. Contoh beberapa jenis
zat kimia : cuka, asam asetat, fungisida, antioksidan, in-package
desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion dan growth regulatory untuk
melindungi buah dan sayuran dari ancaman kerusakan pasca panen untuk
memperpanjangkesegaran masam pemasaran. Nitogen cair sering digunakan untuk
pembekuan secara tepat buah dan sayur sehinnga dipertahankan kesegaran dan
rasanya yang nyaman.
Berdasarkan Permenkes RI No.
722/Menkes/Per/IX/88 dengan revisi No. 1168/ Menkes/ Per/X/1999 menyatakan
bahwa bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau
tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan
untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2008).
C. PERUBAHAN AKIBAT
PERLAKUAN DALAM PROSES PENGOLAHAN
Berbagai Perubahan yang mungkin terjadi
pada komponen makro bahan pangan selama proses pengolahan pangan.
Komponen
Bahan
Pangan
|
Perubahan
yang Mungkin Terjadi
Selama
Proses Pengolahan Pangan
|
Protein
|
¨ Denaturasi (karena panas) akan menyebabkan perubahan
kelarutan, sehingga akan mempengaruhi tekstur pada bahan pangan.
¨ Penyimpangan flavor yang disebabkan karena oksidasi
(dikatalisis oleh cahaya)
¨ Degradasi enzimatik yang akan menyebabkan perubahan
pada tekstur dan flavor (bisa menyebabkan terbentuknya flavor pahit)
¨ Pembekuan dapat menyebabkan protein mengalami
perubahan konformasi dan kelarutannya.
|
Lipida
|
¨ Hidrolisis enzimatik yang dapat menyebabkan
terbentuknya off-flavor (seperti terbentuknya flavor sabun (soapy)
atau bau prengus (goaty)) tergantung jenis lipida yang ada.
¨ Menyebabkan minyak goreng menjadi tidak baik untuk
digunakan, mengalami perubahan sifat fungsional dan sifat kristalisasinya.
¨ Oksidasi asam lemak tidak jenuh yang akan
menyebabkan flavor menyimpang (off flavor).
|
Karbohidrat
|
¨ Perlakuan panas tinggi akan menyebabkan terbentuknya
interaksi antara gula pereduksi dan gugus amino yang akan menyebabkan
terjadinya reaksi Maillard (menyebabkan proses pencoklatan) dan perubahan
flavor.
¨ Hidrolisis pati dan gum dapat menyebabkan perubahan
tekstur dari system pangan, beberapa pati dapat didegradasi oleh enzim
ataupun kondisi asam.
|
Vitamin
|
Tergantung dari jenis vitaminnya,
maka berbagai proses perubahan bisa terjadi (kerusakan/ kehilangan)jika
produk pangan mengalami proses pengolahan; terutama karena proses pemanasan,
pencahayaan, ataupun terekspos dengan udara (oksigen).
|
Mekanisme
Pengolahan Bahan Makanan/Pangan
þ Persiapan Bahan Makanan/Pangan
Persiapan
bahan makanan yaitu menyiapkan semua bahan makanan yang diperlukan sebelum
dilakukan pengolahan, proses persiapan bahan makanan yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu suatu kegiatan yang spesifik dalam rangka mempersiapkan
bahan makanan dan bumbu -bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan
þ Pengolahan Bahan Makanan/Pangan
Pengolahan
bahan makanan merupakan suatu rangkaian/kegiatan mengubah (memasak) bahan
makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan.Proses pengolahan bahan
makanan dilakukan oleh juru masak mulai dari membersihkan bahan makanan seperti
mencuci, memotong, sampai pada proses memasak
þ Distribusi dan Penyajian Makanan/Pangan
Proses
pendistribusian dan penyajian makanan dilakukan setelah semua proses dalam
pengolahan selesai, dan makanan pun siap disajikan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Memasak adalah aplikasi panas pada
bahan makanan agar terjadi perubahan. Tujuan memasak makanan adalah untuk
membuat makanan menjadi lunak supaya mudah dicerna dan membuat kreasi aroma
dengan berbagai cara juga membuat makanan aman untuk dimakan. Cara
pemindahan panas yang terjadi dalam memasak ada tiga macam yaitu konduksi,
konveksi dan radiasi.
Macam - macam teknik memasak secara
umum dibagi menjadi dua teknik pemasakan
panas kering dan teknik pemasakan panas basah. Teknik panas kering dibagi lagi
menjadi lima yaitu : deep fyring, shallow frying, roasting,
grilling, dan baking. Sedangkan teknik panas basah dibagi menjadi enam,
yaitu : Boilling, Poaching, Braising, Steaming, Simmering, dan
Blanching.
Hasil dari teknik panas kering
umumnya menghasilkan warna kuning keemasan hingga coklat,sedangkan teknik panas basah
akan menghasilkan makanan dengan tekstrur yang empuk. Penggunaan teknik panas
kering dalam memasak akan mengggunakan minyak pada teknik deep fryinglah banyak
minyak atau lemak yang digunakan namun untuk teknik yang lain sedikit. Sedangkan
pada teknik panas basah umumnya akan menghasilkan saos yang dapat disajikan
saat makanan dihidangkan.
Daftar Pustaka
http://
www.authornboga.blogspot.co.id
http:// www.ithajaebreax.blogspot.co.id
LAMPIRAN
Boiling

Poaching

Braising

Stewing

Steaming

Roasting

Baking
Grilling
Kak izin buat baca dan copasnya yaa.. Terima kasi kak
BalasHapus